Minyak Goreng
Menggoreng dengan menggunakan minyak goreng bekas sering kita lakukan. Dengan berbagai alasan kita juga merasa enggan untuk membuangnya. Tapi, seberapa baikkah minyak goreng bekas untuk kesehatan kita?
Minyak jelantah adalah sebutan untuk minyak goreng yang telah kita gunakan untuk satu kali proses penggorengan atau tepatnya minyak bekas. Minyak jenis ini banyak dipergunjingkan manfaatnya terkait dengan kesehatan. Ada yang mengatakan pemakaian minyak jelantah dapat memancing sekaligus memicu munculnya penyakit tertentu pada tubuh kita.
Sayang memang membuang minyak goreng yang baru beberapa kali dipakai atau minyak goreng yang tampak bagus meski bekas pakai. Apalagi harga bahan-bahan pokok saat ini sudah membumbung tinggi.
Amannya bagaimana?
Dilema pun akhirnya muncul, bagaimana baiknya kita menyikapi pemakaian minyak goreng bekas ini? Di satu sisi kita ingin untuk berhemat dan sisi lainnya kita juga ingin menjaga kesehatan keluarga.
Sebenarnya pemakaian ulang pada minyak goreng boleh saja dilakukan, hanya saja jumlah maksimalnya adalah tiga kali pakai. Maksudnya dari tiga kali pemakaian adalah minyak goreng telah melalui tiga kali proses pemanasan dan pendinginan. Karena setelah tiga kali kandungan nutrisi pada minyak hampir hilang atau sudah tidak layak konsumsi.
Misalnya, minyak sisa dari menggoreng ikan tidak dipakai untuk memasak sayur atau bahan makanan dengan aroma yang netral. Atau, sebaliknya minyak bekas menggoreng pisang dapat dipakai untuk menggoreng daging. Tapi hal ini tidak berlaku bagi minyak sisa menggoreng bawang karena akan menambah aroma rasa dan tampilan pada bahan makanan lainnya.
Bahaya Minyak Jelantah
Tetapi, pemakaian ulang minyak jelantah yang aman ini tidak berlaku untuk minyak bekas sisa penggorengan dari restoran fast food yang menggunakan high temperature. High temperature merupakan pemanasan dengan suhu di atas normal, tepatnya 168 – 169°C. Pemakaian minyak goreng dengan temperatur tinggi dalam jangka yang lama dapat mempercepat proses degradasi dan oksidasi pada minyak.
Dalam proses degradasi ini, minyak akan menghasilkan suatu reaksi berantai yang membuat warna minyak menjadi lebih gelap dan oksidasi menyebabkan minyak menjadi cepat tengik.
Sedangkan proses lain yang terjadi dalam pemanasan ini adalah dehidrasi. Dimana pada proses ini minyak kehilangan kadar air yang menjadikan minyak lebih kental dan membentuk radikal bebas. Sehingga dalam fase ini minyak akan bersifat toksik (efek beracun pada tubuh kita).
Dari efek racun ini akan menghasilkan begitu banyak kerugian bagi kita seperti merusak sel-sel tubuh kita juga membran sel dan fungsi dari sel-sel ini pada tubuh kita.
Pemakaian minyak jelantah juga merusak nutrisi yang dikandung oleh bahan makanan itu sendiri. Misalnya, ikan salmon yang terkenal akan Omega-3 yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh menjadi tidak berkhasiat bila digoreng karena komposisi ikatan rangkapnya menjadi rusak.
Sehingga pemakaian minyak jelantah ini menyebabkan kandungan kolesterol baik (HDL) semakin berkurang, sebaliknya angka dari kolesterol jelek (LDL) semakin meningkat. Maka, LDL dalam darah ini akan menimbulkan banyak gangguan kesehatan seperti jantung, stroke, obesitas dan pada kaum hawa khususnya dapat menjadi pemicu sulit hamil.
Tidak hanya itu, pemakaian ulang minyak jelantah yang berlebihan dapat menyebabkan kanker colon (usus besar) dan alergi pada tubuh. Minyak bekas penggorengan yang dibuang begitu saja dapat mencemari lingkungan. Jenis formulasi yang terkandung di dalam jelantah tersebut tidak dapat larut di dalam air sehingga limbahnya mencemari air dan tanah. Lebih berbahaya lagi jika minyak jelantah dipakai ulang hingga 3 atau 4 kali penggorengan. Kandungan asam lemak jenuh yang sangat tinggi pada minyak ini dapat menyebabkan kolesterol, hipertensi, penyumbatan peredaran darah, serta memicu kanker (sumber: dr. R.B. Bambang Witjahjo).
Jelantah yang Aman
Tak semua jenis jelantah masih layak digunakan lagi untuk proses produksi. Secara baku tidak ada patokan bahwa minyak jelantah tersebut masih bisa digunakan untuk menggoreng. Tetapi dari tampilan fisik serta aromanya bisa kita lihat.
Minyak jelantah yang masih digunakan adalah jelantah dengan karakteristik jernih atau bening, aromanya masih segar khas minyak, minyak dalam kondisi cair dan sedikit berlendir khas minyak, warnanya kuning muda.
Jika jelantah telah kental, warnanya menjadi pekat atau gelap, aroma sudah tengik maka segera buanglah minyak tersebut.
Tips Pemakaian Minyak
1. Beli minyak secukupnya, penyimpanan dalam jangka panjang dapat merusak kandungan dalam minyak itu sendiri.
2. Simpan minyak dalam botol atau tempat yang tertutup rapat.
3. Jauhkan dari tempat yang terkena sinar matahari langsung, karena cahaya dan panas matahari dapat merusak minyak.
4. Gunakan minyak secukupnya, sebisa mungkin minyak habis untuk sekali pakai agar sisa minyak tidak terlalu banyak.
5. Pisahkan minyak sisa dari bekas menggoreng bahan dengan aroma tajam dan netral, agar tidak merusak aroma bahan yang akan diolah selanjutnya.
6. Bila minyak kotor, Anda dapat menggoreng kentang atau tahu untuk menyerap kotoran pada minyak.
0 komentar:
Posting Komentar